Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia


Rp. 185.000

    Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia

    Survei Historis, Geografis, dan Sosiologis

  • Detail Buku
  • Sinopsis
Penulis: Martin van Bruinessen
Penerbit: Mizan
Jenis Cover : Softcover
Tahun Terbit : 1994, Cet. 2
Dimensi : 15.5 x 23.5 cm | 256 halaman
Kondisi : Bekas
Berat : 0.65 kg
Stok : Tersedia
Pemesanan: SMS/WA 081212-088121

Lihat foto buku

Kata tarekat - secara harfiah berarti "jalan" (thariqah) - mengacu baik kepada sistem latihan meditasi maupun amalan (seperti wirid, zikir, dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederetan guru sufi dan organisasi yang tumbuh di seputar metode tasawuf yang khas ini. Di Indonesia terdapat bermacam-macam tarekat dan organisasi yang mirip tarekat. Beberapa di antaranya hanya merupakan tarekat lokal yang mendasarkan pada ajaran dan amalan guru tertentu, seperti Wahidiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur atau tarekat Syahadatain di Jawa Tengah. Tarekat lainnya merupakan cabang dari gerakan sufi internasional, misalnya Khalwatiyah (Sulawesi Selatan), Syattariyah (Sumatera Barat dan Jawa) Syadziliyah (Jawa Tengah), Qadiriyah, Rifa'iyah, Idrisiyah atau Ahmadiyah, Tijaniyah dan yang paling besar, Naqsyabandiyah.

Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia merupakan sebuah buku paling pertama yang mengkaji secara tuntas - lewat survei historis, geografis, dan sosiologis - tarekat paling penting di Indonesia. Tarekat Naqsyabandiyah. Penulisnya - mantan konsultan metodologi penelitian di LIPI dan saat ini menjadi dosen tamu di Fakultas Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang lebih menaruh minat kepada sosiologi dan antropologi - pernah mengenal secara langsung tarekat Naqsyabandiyah di Kurdistan. Dia memperkaya kajiannya dengan mengumpulkan pelbagai macam sumber, baik melalui studi litaratur terhadap naskah-naskah klasik mengenai tarekat tersebut maupun melalui "petualangan"-nya menyusuri daerah-daerah di seluruh Indonesia untuk mengamati secara langsung dan menjumpai guru-guru tarekat terkenal.

".... karya Martin van Bruinessen ini perlu disambut secara khusus" demikian komentar Hamid Algar. "Ia tidak hanya merupakan sumbangan amat berharga untuk sejarah Islam di Indonesia, melainkan juga dapat dijadikan suatu model penelitian tentang Naqsyabandiyah di tempat-tempat lain di kawasan dunia Islam."

logoblog

Instagram