Siapa Pengkhianat Diponegoro?

Siapa Pengkhianat Diponegoro

Rp. 60.000
Rp. 40.000
Penulis: E.R. Asura
Penerbit: Imania
Jenis Cover: Softcover
Tahun Terbit: 2013, Cet.1
Dimensi: 13 x 20.5 cm | 428 halaman
Kondisi: Baru
Berat: 0.35 kg
Stok: Stok Kosong
Pemesanan: SMS/WA 081212-088121

Beli di: BUKALAPAK


“Hebat benar buku ini! Suatu prestasi memakai buku ilmiah yang tebal dan bertele-tele seperti Kuasa Ramalan untuk mengilhami sebuah roman yang begitu penuh imajinasi dan persentuhan dengan suasana Keraton Yogyakarta pada masa muda Diponegoro/Ontowiryo. Saya menanti-nanti jilid berikutnya….”

—Peter Carey, penulis biografi Diponegoro Kuasa Ramalan; Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855


Persinggungan dengan Kanjeng Ratu Ageng, para ulama dan rakyat biasa, menorehkan pengalaman batin yang lengkap bagi Raden Ontowiryo —kelak dikenal sebagai Pangeran Diponegoro. Kanjeng Ratu Ageng menjadi patron spiritualisme bagi Raden Ontowiryo dengan tokoh Arjunanya. Para ulama memberi wawasan keislaman —yang diharmonisasi dengan mistik Jawa— dengan Nabi Muhammad Saw. sebagai jalan tempuhnya. Dan rakyat biasa telah menularkan kehalusan pekerti. Saat ketiganya berkelindan, justru ia sering kali gamang melihat kenyataan penderitaan rakyat kian memuncak, kekisruhan keraton yang semakin memudarkan karismanya, dan bau amis darah yang semakin terasa dekat, sehingga tak memiliki ruang untuk mencari pembenaran di hadapan Gusti Allah. Rentang 1800-1812 menjadi masa kalabendu sekaligus akan mewujudnya ramalan Parang Kusumo dan Kanjeng Sunan Kalijogo di bumi Mataram.

Setelah menjejak ziarah ke titik-titik penting sumber mistik Jawa, mengunjungi sejumlah pesantren, Raden Ontowiryo memilih saling berhadapan dengan pemerintah kolonial Belanda dan Keraton Yogya sebagai seteru. Sehingga ketika Raden Ronggo Prawirodirjo III —tokoh yang dikaguminya— dgantung di Pangurakan sebagai seorang pemberontak, Raden Ontowiryo datang untuk menurunkan jenazahnya. Begitupun saat ayahandanya naik takhta, Raden Ontowiryo senantiasa pasang badan. Titik-titik itulah yang menjadi pusaran novel pertama dari Trilogi Pangeran Diponegoro ini yang akan mengantarkan pada Ramalan Parangkusumo : engkau sendiri hanya sarana, namun tidak lama, untuk disejajarkan dengan leluhur. Tentu di dalamnya tak terlepas dari asmara, perselingkuhan, rasa cemburu, sakit hati, simpul-simpul yang memerlukan jawab.

logoblog

Instagram