Serat Jatiswara

jual buku Serat Jatiswara

Rp. 750.000
Penulis: T.E. Behrend
Penerbit: INIS
Jenis Cover : Softcover
Tahun Terbit : 1995, Cet. 1
Dimensi : 17 x 25 cm | xxi+695 halaman
Kondisi : Bekas
Berat : 1.6 kg
Stok : Tersedia
Pemesanan: SMS/WA 081212-088121

Lihat foto buku

Kesusastraa Jawa, khususnya yang berasal dari kurun waktu Jawa Baru pasca-pengislaman merupakan dunia yang sebagian besar masih tetap belum dipetakan, meskipun telah dilakukan penelitian filologi dan kesusastraan selama satu setengah abad secara tersebar jarang. Mengenai beberapa kelompok karya sudah digambarkan peta secara kasar, yaitu babad, cerita Panji dan Menak. Akan tetapi, tentang itu pun yang dikenal adalah batas-batas umumnya, gambaran dalamnya tetap tanpa bentuk, suatu daerah tak dikenal. Kita tidak pasti tentang kekuatan kesusastraan dan estetik yang membentuk serta menghambat pengungkapan suatu karya tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu; kita tidak tahu bagaimana perrmainan serta perkembangan kekuatan-kekuatan tersebut dalam perjalanan waktu dan keanehan daerah. Saling hubungan antarkarya dan ragam, serta rona intertekstual daripada kata dan kisah merupakan hal-hal yang sebagian besar berdasarkan perkiraan; bahkan mekanisme kodikologi yang paling mendasar mengenai pembuatan teks di atas lontar atau dluwang, pegon atau aksara Jawi tidak terekam di mana-mana, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh mereka yang pekerjaannya menggeluti tradisi sastra Jawa yang sulit dan penuh rahasia itu.

Keadaan seperti inii telah menimbulkan frustrasi secara meluas, dan keluhan-keluhan sudah merupakan hal yang biasa. Teeuw misalnya merasa bahwa bukanlah sesuatu yang berlebih apabila ia mengeluh bahwa sejarah kesusastraan Jawa sebagai suatu bidan studi "nyaris tidak ada" (1986:193). Day (1981:13) bertanya secara retorik dengan agak kesal, "kapan kita pernah diberi suatu deskripsi mengenai sesuatu bentuk seni Jawa, walau sangat dasar sekalipun...?" Penelitian sastra Jawa dapat saja mengemukakan masalah kesejarahan sastra tentang topik-topik seperti: sumbangan Demak kepada khazanah sastra Jawa; mekanisme dasar daripada pertukaran sastra antara pusat-pusat di pedalaman dan di pesisir, penyair atau suara puisi terpenting di Kartasura; kekhasan dialek yang menandai suatu teks sebagai berasal dari pasisir timur, ciri-ciri paleografik yang menunjukkan bahwa suatu manuskrip berasl dari Bagelan. Akan tetapi, meskipun kita menjungkir balik semua kepustakaan yang ada, yang kita peroleh hanya jawaban sebagian yang tidak memadai serta tidak sistematis. Apa yang kita ketahui tentang sejarah kesusastraan Jawa selain nama-nama yang samar-samar, atau beberapa judul yang dikaitkan dengan nama-nama itu? Tentu stilistika? Penggubahan? Penurunan? Sungguh sangat sedikit.

Buku ini disusun sebagai langkah yang amat kecil ke arah pengertian tentang teks Jawa pada umumnya dengan jalan menelaah prinsip-prinsip organisasi atau struktur dasar yang diikuti dalam sekelompok teks yang saling berhubungan yang dicakup oleh korpus Jatiswarra. Yang dimaksud dengna struktur disini ialah bagian-bagian kecil tertentu yang membentuk kerangka suatu teks, dan bagaimana caranya bagian-bagian tersebut saling terikat dalam kerumitan teks menjadi suatu kesatuan.

Telaah strukturallah yang paling cocok untuk mengungkapkan anatomi teks; dengan demikian terbukalah tulang dan organ di hadapan pembedah teks. Dengna membandingkan berbagai teks sepanjang waktu, tampaklah mekanisme perkembangan di dalam struktur-struktur ini.

Selain itu, Jatiswara merupakan bagian dari dunia-dunia budaya dan sosial yang amat banyak jumlahnya, amat beraneka dan sedikit dikenal. Maka andaikata setiap teks hendak ditempatkan dalam relung ekologinya yang sesuai, maka konnjektur yang diperlukan akan sama banyaknya dengan data sosial dan kerja lapangan yang diperlukan lebih banyak ketimbang yang dituntut oleh fokus mekanisme teks yang dipakai dalam buku ini; itupun sudah cukup banyak.

logoblog

Instagram