Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66


Rp. 48.000
Penulis: H. Maulwi Saelan
Penerbit: Visi Media
Jenis Cover : Soft Cover
Tahun Terbit : 2008, Cet.3
Dimensi : 15 x 23cm | xviii+484 halaman
Kondisi : Baru, Tanpa Segel
Berat : 0.65 kg
Stok : Tersedia
Pemesanan: SMS/WA 081212-088121


Beli di: BUKALAPAK


Kejatuhan Bung Karno juga diikuti dengan penangkapan orang-orang yang berpihak kepadanya. Pada awal Orde Baru, Maulwi Saelan sempat ditahan beberapa tahun sebelum akhirnya berkirah dalam bidang pendidikan. Ia memimpin sekolah Islam Al-Azhar melalui Yayasan Sifa Budi (di Bendungan Hilir dan Kemang Raya Jakarta). Setelah mengawal gawang kesebelasan Indonesia, mengawal kemerdekaan Indonesia, mengawal presiden Pertama, pada hari tuanya Saelan berkonsentrasi mengawal pendidikan generasi muda. (Dr. Asvi Warman Adam, Ahli Peneliti Utama LIPI)

"Kalau pemerintah tidak akan membubarkan HMI, maka janganlah kalian berteriak-teriak menuntut pembubaran HMI. Lebih baik kalian bubarkan sendiri. Dan kalau kalian tak mampu melakukan itu, lebih baik kalian jangan pakai celana lagi, tapi tukar saja dengan sarung!" (DN Aidit, Ketua CC PKI)

Bung Karno meninggalkan Istana sebelum 16 Agustus 1967, keluar hanya memakai celana piyama warna krem dan kaos oblong cap cabe. Baju piyamanya disampirkan di pundak, memakai sandal cap Bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang kertas koran yang digulung agak besar, isinya Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. (Sogol Djauhari Abdul Muchid, anggota DKP)

"De Belandas hebben mij nog goed behandelt, maar, bangsa sendiri begitu kasar dan kejam. Is dit als dank dat ik gekregen heb, voor wat ik gedaan heb voor mijn volk en vanderland. Ik kan dit alles maar niet begrijpen. Apakah ini bentuk terima kasih yang kudapat atas apa yang telah kulakukan untuk rakyat dan Tanah Air? Aku tidak bisa mengerti semua ini. Ik wou maar dat ik de schot krijgt. Aku ingin agar aku ditembak saja." (Bung Karno)

logoblog

Instagram