Angkatan Baru


Rp. 27.000
Rp. 18.900
Penulis : Prof. Dr. Hamka
Penerbit: Gema Insani Press
Jenis Cover : Soft Cover
Tahun Terbit : 2016, Cet.1
Dimensi : 13 x 18 cm | 90 halaman
Kondisi : Baru
Berat : 0.2 kg
Stok : Tersedia
Pemesanan: SMS/WA 081212-088121

Beli di: BUKALAPAK


Ini dia satu lagi karya sastra buah pemikiran Hamka yang penuh motivasi dan inspirasi. Novel bertajuk Angkatan Baru ini merupakan hasil pengamatan Hamka dari kehidupan masyarakat Minangkabau, berpadu renungan, penderitaan, dan keluhan di zaman itu. Novel ini menggunakan gaya bahasa Melayu yang juga menjadi ciri khas Hamka dalam deretan karyanya. Daya ingat kita seolah diajak membayangkan suasana Minangkabau di Tanah Sumatra. Novel yang berbalut cover cokelat ini berisi perpaduan antara kentalnya adat dan gelora jiwa muda yang terjerat zaman modern.

Dengan bernas dan sangat menarik, Hamka menyoroti tingkah pemuda yang mengenyam pendidikan tinggi. Namun, tidak sedikit para pemuda yang berpendidikan tinggi itu enggan bersusah payah bekerja. Andaikan bekerja, gajinya harus tinggi sesuai dengan jenjang pendidikan yang diraih. Melalui novel ini, Buya Hamka ingin menyampaikan sebuah pesan. Beliau ingin menekankan bahwa pendidikan tinggi bukanlah untuk gaji atau status sosial saja, melainkan juga untuk membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat sekitar.

Membaca dan meresapi makna kisahnya, akan memberi “tamparan” pada kaum muda agar mata hatinya terbuka tentang hakikat berpendidikan tinggi yang sesungguhnya. Bukan hanya meninggikan gengsi bermodalkan gelar pendidikan tinggi. Buku ini juga memberikan pelajaran bagi orang tua agar tidak hanya memberikan ruang bagi Buah Hati untuk bersekolah, tapi juga ajarkan mereka untuk terjun langsung dalam masyarakat. Agar menjadi anak yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, maupun sekitarnya.

Dialah Syamsiar, gadis Minangkabau yang baru pulang dari Padang usai menyelesaikan sekolah menengah bergelar diploma. Ia dipandang hormat oleh keluarga dan sekitar kampungnya karena telah alim, pintar, dan berpendidikan tinggi lulusan sekolah agama. Namun, tabiat aslinya kurang sesuai bagi orang bergelar diploma. Perangainya agak buruk. Syamsiar seorang pemalas, congkak, anti masak di dapur, dan hanya gemar membaca kisah roman karangan orang Tionghoa yang membuainya pada cinta negeri dongeng. Ibu, mamak, atau adik-adiknya-lah yang menyiapkan segala keperluannya. Terkadang bersama teman sekolahnya dulu—Rohani, ia kerap bercakap-cakap dan bersenda gurau dengan gembiranya.

Pekerjaan dengan gaji selangit berbonus fasilitas karena gelar diplomanya pun tak kunjung didapat. Khayalan anak muda saat di sekolah dulu, masih me-ninabobo-kannya hingga ia memasuki hidup yang sesungguhnya kini. Bertani, berniaga, dan sejenisnya terasa tidak cocok dengan gelarnya. Gengsi terasa jatuh. Lambat laun, Ibu dan mamaknya mulai jemu dengan tingkah Syamsiar itu. Ibu dan mamaknya berniat mencarikannya jodoh, mengingat akan dibawa ke mana anak gadis selain sekolah dan bekerja? Syamsiar beberapa kali menolak lamaran yang datang. Ia hanya ingin menikah dengan laki-laki yang sehaluan dengannya, berpendidikan sama, kalau perlu dari kalangan pemimpin.

Bak gayung bersambut. Hasan yang juga lulusan sekolah agama walau hanya sampai kelas tujuh karena keterbatasan biaya, tinggal di kampung yang tak jauh dari kampung Syamsiar. Hasan sedikit lebih berpikiran jauh ke depan. Awalnya khayalan dan kesenangan kaum muda pernah di benaknya. Namun, kini ia berusaha mendirikan sekolah kecil di kampungnya setelah lelah ke sana ke sini mencari pekerjaan di pelosok Sumatra. Mendengar kemasyhuran nama Hasan sebagai Mubaligh bergelar diploma agama, Syamsiar hendak mendekatinya dalam sebuah perayaan di kampung. Keluarga mereka pun saling bertukar selidik tentang asal-usul keluarga hingga pertunangan tiba. Mereka pun menikah.

Babak baru angan muda-mudi dalam biduk rumah tangga pun dimulai. Di sini, Buya Hamka membuat alur konflik yang mengusik rasa penasaran pembaca. Pernikahan yang dibayangkan Syamsiar seperti dalam kisah roman yang dibaca, diterapkan pula di rumah tangganya. Bersolek, bermanja-manja, bercumbu, dan merayu, itulah kesehariannya kini. Memasak, merapikan rumah, mencuci pakaian, semuanya diurus Ibu, mamak, dan adik-adiknya. Sebab setelah menikah, Syamsiar pun memboyong keluarganya ke rumah baru.

Kian hari, Hasan makin jenuh dengan kelakuan sang istri. Entah mau dibawa ke mana rumah tangga mereka kalau kebiasaan Syamsiar hanya begitu saja. Hasan pun mulai bertindak tegas. Ia tak lagi meladeni kemesraan Syamsiar di rumah. Hasan lebih sering di luar rumah demi mengurus sekolah kecilnya yang belakangan ditinggali satu atau dua murid. Syamsiar jadi berprasangka buruk dan hilang cintanya pada Hasan. Berpalinglah hatinya pada Syamsuddin, kawan lama di sekolah dulu. Kedekatan mereka berawal dari syair indah karya Syamsuddin di surat kabar yang dibaca Syamsiar. Saling bertukar surat menjalin kedekatan pun terjadi. Hasan mengetahui gelagat mencurigakan dari isi surat-surat itu. Lalu, seperti apakah kelanjutan ceritanya? Temukan kisah lengkapnya hanya di Novel Angkatan Baru karya Hamka yang sangat layak Anda baca!

logoblog

Instagram